Koin Keadilan Menjelang Tahun Baru Hijrah


Koin Keadilan Menjelang Tahun Baru Hijrah

By: Ahmad Syahrul Rahmat/xc/05/man lamongan


Belakangan ini nurani kita terusik oleh berbagai fenomena anomali sosial, politik, dan hukum yang dinilai telah mengebiri nasib rakyat kecil. Masih jelas terbayang dalam layar memori kita sebuah drama pertarungan sengit antara cicak melawan buaya yang ber-ending memilukan buat sang buaya. Retorika yang terus dibangun akhirnya runtuh berkat dukungan dan tekanan publik bertubi-tubi.

Fenomena perlawanan sengit juga ditunjukkan dalam perseteruan dahysat antara Mbak Prita Mulyasari versus RS Omni Internasional di atas panggung sosial negeri ini. Dukungan dan empati publik yang terus mengalir dari berbagai sisi melalui gerakan “Koin Keadilan”, diakui atau tidak, telah merontokkan nyali para elite sebuah rumah sakit yang dengan pongah menahbiskan dirinya sebagai RS berstandar Internasional itu. Secara resmi, mereka telah mencabut gugatan perdata dan meminta maaf secara terbuka kepada mantan pasiennya itu.

Fenomena “Koin Keadilan” dalam perseteruan antara Bu Prita vs RS Omni mengingatkan saya tentang dongeng “Semut dan Gajah”. Secara kasat mata, semut mustahil sanggup menaklukkan gajah. Namun, dalam situasi yang berbeda, kerumunan semut yang muncul secara bergelombang dan bertubi-tubi sanggup melawan gajah, bahkan bisa membuat sang gajah mati berdiri akibat tak sanggup lagi menghadapi amukan kerumunan semut yang muncul dari berbagai sisi. Lantas, menggigit telinga atau menerobos lubang dubur, hingga akhirnya membuat sang gajah lemas, loyo, dan tak berdaya. Habis!

Menjelang Tahun Baru 1431 Hijrah, mencuatnya fenomena “Koin Keadilan” seharusnya bisa dijadikan sebagai bahan refleksi bahwa tidak selamanya arogansi dan sikap takabur akan mampu membuat rakyat kecil kehilangan nyali.

Kalau kita kembali membuka catatan sejarah, ada beberapa contoh etos keteladanan tentang makna pengorbanan demi menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keyakinan.

Pertama, kisah Ali bin Abi Thalib yang merelakan dirinya menggantikan Rasulullah dengan menempati tempat tidur Rasulullah untuk mengecoh orang-orang musyrik. Padahal, dia tahu betul bahwa taruhannya adalah nyawa.

Kedua, kisah Asma binti Abi Bakar R.A. yang harus berjalan sendirian pada hari yang gelap untuk menghindari pengamatan orang-orang Quraisy. Dia pun beresiko tertangkap orang-orang Quraisy yang selalu memburu Rasul dan sahabatnya. Namun, demi kebenaran, keyakinan, dan keselamatan Rasulullah, ia lakukan pekerjaan yang sarat resiko. Bahkan, ketika Rasul dan Abu Bakar membutuhkan dua tali pengikat, ia merelakan sebagian dari selendangnya untuk dibelah menjadi dua bagian agar bisa dipakai sebagai tali oleh Rasul.

Ketiga, kisah Abdullah bin Abu Bakar yang mondar-mandir antara gua Tsur dan Mekkah mencari berita dan mengikuti perkembangan, kemudian melaporkannya kepada Nabi dan ayahnya, Rasul dan Abu Bakar tetap mengetahui secara persis apa yang terjadi di sekelilingnya, meski berada di persembunyian. Abdullah ibarat surat kabar atau media online yang terus di-update secara intens, sehingga strategi Rasul tidak pernah meleset atau salah, sebab data yang didapat selalu akurat.

Keempat, kisah Amir bin Fahirah, pembantu Abu Bakar. Setiap hari dia harus membawa kambing-kambing piaraannya ke arah bukit Tsur guna menghapus jejak-jejak kaki Asma dan Abdullah ketika mereka pergi ke gua Tsur atau ketika mereka pulang kembali dari sana.

Beberapa contoh keteladanan seperti kepingan puzzle dalam sebuah mozaik peradaban yang membuat nurani kita makin tersentuh dan terharu.
Situasi semacam itu sungguh kontras dengan situasi Indonesia kontemporer. Yang terjadi, bukannya semangat mengorbankan jabatan atau harta benda demi menegakkan kebenaran dan keadilan, melainkan sebaliknya. Tidak sedikit orang yang justru mengorbankan kebenaran demi mendapatkan jabatan dan harta.

Namun, sungguh, kebenaran itu tidak akan pernah bisa mati! Nah, selamat menyongsong Tahun Baru 1431 Hijrah, semoga kita benar-benar bisa berhijrah secara kultural dan spiritual, hingga akhirnya bisa melaju di tengah jalan tol peradaban dunia yang lebih bermoral, beradab, dan bermartabat. **

by: Asrul Media Center

ah.syahrulxc05@yahoo.co.id

renunganku di awal & akhir tahun


by: Ah. syahrul Rahmat/xc/man lamongan

Alhamdulillah… kusyukuri semua, terimakasihku ya Rabbi atas indahnya hidup ini dan atas nikmat yang tlah engkau berikan kepadaku, ini beberapa bait lagu Ungu yang saya dengar saat menulis ini. Rasa syukur sudah seharusnya selalu kita panjatkan kehadirat Allah SWT, teristimewa hari ini karena hari ini bisa memulai lembaran baru ditahun baru bagi umat Islam sedunia.

Mengenang kembali kisah dimana dimulai dari peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah pada 622 M silam. Nabi Muhammad SAW memutuskan hijrah ke Madinah karena masyarakat Mekah sudah tidak lagi mau menerima dakwahnya.
Hijrah itu sebagai langkah perubahan Nabi Muhammad SAW untuk membuat sesuatu yang lebih baik di masyarakat Madinah. Di tempat yang baru Nabi Muhammad SAW ternyata berhasil membangun peradaban baru yang lebih mencerahkan. Peristiwa hijrah ke Madinah ini oleh sahabat Umar Bin Khattab dipakai sebagai awal penanggalan Islam.
Hari ini 1 Muharram 1430 H adalah tahun baru bagi umat Islam di bumi Allah SWT ini. Momentum tahun baru hijriah ini harus kita jadikan sebagai sarana “hijrah” menuju kehidupan yang lebih baik. Dalam Islam disebutkan: ” Haasibuu qobla antuhaasabuu. Yang artinya hitunglah dirimu sebelum kamu sekalian dihitung(hisab)”. Sebagai rasa syukur maka sebaiknyalah kita sebagai muslim yang taat memanfaatkan tahun baru ini untuk menginstropeksi diri, mengevaluasi diri, bermuhasabah atas segala perencanaan, perbuatan dan program hidup yang telah dilakukan di tahun sebelumnya, jadikan saat-saat seperti ini sebagai momen yang tepat bagi kita untuk selalu berinstropeksi diri tentang amal-ibadah apa yang sudah kita capai dan hal apa saja yang masih kurang dalam diri kita. Sehingga dengan instropeksi tersebut nantinya bisa memperbaiki dan memperbaharui kekurangan-kekurangan kita di masa depan dan kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan tidak akan diulangi lagi.

Buat saya pribadi ini menjadi momentum penting dengan membuka lembaran hidup baru. Saya berusaha untuk betul-betul membuat suatu perubahan yang nyata dan ada juga perubahan fisik yang akan membantu mengingatkan saya akan niat saya hari ini, bagi anda yang di Medan mungkin bisa langsung lihat perbedaannya . Untuk memulai lembaran baru ini caranya menurut saya tidak rumit, cukup gunakan jurus 3M yang sudah terkenal yaitu Mulai dari diri sendiri, Mulai dari hal yang paling kecil dan Mulailah saat ini juga.

Semalam saya menyengajakan diri untuk bangun di sepertiga malam pada tahun baru 1 Muharram 1431. Renungan dan muhasabah saya lakukan selesai sholat sunat tahajud.
Ya Allah yang Maha Kuasa, Kau ciptakan Manusia termasuk aku, dengan penuh kemuliaan, tetapi setelah ku tercipta, kujalani hidupku dengan kenistaan.
Hijrahku ditahun lalu masih jauh sekali dari kekurangan, aku sadar ya Allah bahwa aku masih sering melakukan dosa…
Saat kudengar azan dan masuk waktu sholat aku masih sering menunda sholatku dengan menyibukkan diri dengan urusan diniawi, lebih mementingkan pekerjaanku, menonton acara TV dan pulas tidur.

Bila ku bersedekah masih ada yang memberatkan dalam hati, masih memilih-milih lembaran uang ketika akan memberikan ke kotak infaq padahal rejekiku itu sudah ada Engkau yang tetapkan untukku ya Allah.
Puasa sunahku ? masih belum berjalan rutin dan hanya saat-saat tertentu saja…
Membaca Al Qur’an… entah mengapa di tahun lalu malah aku tidak rutin lagi melakukannya di setiap pagi…
Qiyamul Lail ku… masih jarang dan selalu harus dimotivasi sedangkan sholatpun masih belum kudapatkan kekhusu’annya.

Untuk ibundaku tercinta sampai saat ini belum dapat kusenangi hatinya bahkan masih saja kubebani, untuk menanyakan kabar saja masih bisa terlupakan karena hanya memikirkan kesibukan sendiri.

Dan kepada all of my best dan special best briend yang sangat kusayangi, selama ini masih saja aku ada membuat engkau kecewa, membuat hatimu terluka padahal kau begitu setia menemaniku dalam suka dan duka.

Dan yang sangat kusesalkan mengapa aku bisa marah besar ketika teman-temanku melakukan kesalahan…

Ketika saudaraku, adik-adikku meminta bantuan masih saja belum bisa dipenuhi bahkan kadang terlupakan kalau sebenarnya masih ada saudara dan adik-adikku yang membutuhkan bantuanku.

Dalam pergaualanku juga masih melakukan kesalahan disana sini yang bisa membuat orang sakit hati, mungkin saja salah satunya anda yang membaca tulisan ini.

Ya Allah… aku memang tidak semulia pada saat Engkau ciptakan, tetapi apakah aku masih dapat Engkau berikan kesempatan untuk terus berusaha mendapatkan kemuliaan itu kembali dihadapanMu sampai di akhir hidupku?

Ya Allah berilah aku kesempatan untuk memperbaiki diriku ini, berikan aku kesempatan untuk lebih mendekatkan diriku padaMU ya Rabbi… berikan aku petunjuk agar aku selalu berada pada jalanMu yang engkau ridhoi. Aku akan berusaha merubah segala sikap, sifat dan perbuatanku yang telah salah selama ini kepada orang-orang terdekatku, terutama mereka yang sangat aku kasihi, aku cintai dan aku sayangi.

Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim, di awal tahun baru hijriyah 1 Muharam 1431H ini hamba bulatkan tekad untuk bisa kembali kepada jalan yang Engkau Rahmati, yang penuh hidayahMu, dan yang Engkau Ridhoi.

Hanya kepada Engkau hamba memohon ampun, memohon pertolongan dan mohon kekuatan, semoga ditahun baru hijriyah 1431H ini hamba bisa jauh lebih baik dari tahun 1430H, dan dengan ijinMu ya Allah jadikanlah hari-hari hamba hari demi hari di tahun 1431H ini akan terus semakin lebih baik dan bisa menjadi yang terbaik.
Amin Amin Amin Ya Rabbal Alamin.

Do@ MeNyaMbUt T@huN B@ru


SELAMAT TAHUN BARU HIJRIYAH, 1 MUHARRAM 1431 H.
By: Ahmad Syahrul Rahmat/XC MAN Lamongan.

Bismillaahi rrahmaani rrahiim
Washallallaahu 'alaa sayyidina Muhammadin wa 'alaa aalihii wa shahbihii wa sallam. Allaahumma antal abadiyyul qadiimul awwal. Wa 'alaa fadhlikal 'azhiimi wa juudikal mu'awwal. Wa haadza 'aamun jadiidun qad aqbal. Nas-alukal 'ishmata fiihi minasysyaithaani wa auliyaaihi wajunuudihi wal 'auna 'alaa haadzihin nafsi ammaarati bissuui wal istighaala bimaa yuqarribuuni ilaika zulfaaya dzal jalaali wal ikraam. Wa shallallaahu 'alaa sayyidina Muhammadin wa 'alaa aalihii wa shahbihii wa sallam

Artinya :

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Dan semoga Allah melimpahkan rahmat dan salam kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW. Keluarganya dan para sahabat. Ya Allah, engkaulah yang abadi, dahulu, lagi awal. Dan hanya kepada anugerahMu yang Agung dan kedermawananMu tempat-tempat bergantung. Tahun ini benar-benar telah menghadap (datang). Kami meminta kepadaMu perlindungan dalam tahun ini dari (godaan) setan, kekasih-kekasihnya dan bala tentaranya. Dan kami meminta bantuan untuk mengalahkan hawa nafsu yang mengajak keburukan dan kami meminta bantuan agar dapat sibuk dengan sesuatu yang dapat mendekatkan pahala disisiMu, wahai Dzat yang mempunyai keagungan dan kemuliaan. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabatnya.



Doa ini dibaca setelah shalat maghrib pada awal tahun hijriyah.


Semoga Allah SWT menjadika tahun esok menjadi tahun yang lebih baik dan penuh barokah & ketidhoan-Nya. Amiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiin.

SELAMAT TAHUN BARU HIJRIYAH?????????


Selamat Tahun Baru Hijriyah (?)
By: ah syahrul rahmat/xc MAN Lamongan


Beberapa orang teman mengirimkan ucapan Selamat Tahun Baru Hijriah. Saya jadi terpekur, sudah muharram rupanya ! Tapi kenapa perasaan tidak seperti melewati tahun baru masehi yang gegap gempita ? Apakah muharram harus disambut dengan kegembiraan atau justru kesedihan ?

Tanda tanya di dalam judul tulisan di atas mencerminkan dua hal ketidakpahaman saya , yaitu apa makna tahun baru dalam Islam ? dan perlukah mengucapkan Selamat Tahun Baru Hijriah ? Untuk menjawab kedua pertanyaan ini saya merasa perlu belajar sejarah Islam.

Ada satu pertanyaan mengganjal yang selalu saja muncul ketika muharram datang, apakah mengucapkan `Selamat Tahun Baru Hijriah` menjadi kebiasaan yang dijalankan Rasulullah dan sahabatnya dulu, sehingga kita pun harus mengikutinya sebagai sunnah ? Atau itu hanya kita ucapkan sebagai pengganti ketidakbolehan mengucapkan selamat tahun baru masehi, karena itu adalah kebiasaan non muslim ? (mohon maaf bagi rekan2 yang tidak sependapat).

Penetapan almanak dalam Islam dikatakan dimulai pada masa Rasulullah SAW, tetapi sebagian ulama juga mengatakan sejak masa Umar bin Khattab. Sebelumnya orang Arab menandai tahun barunya dengan adanya peristiwa hebat yang terjadi saat itu. Misalnya kelahiran Nabi SAW disebut tahun gajah, karena pada saat itu terjadi penyerbuan pasukan gajah Abrahah ke Ka`bah. Ketika Muhammad diangkat menjadi Nabi, orang Makkah menggunakannya sebagai patokan perhitungan tahun baru. Kemudian tatkala Rasulullah hijrah ke Madinah, beliau menggunakan patokan hijrahnya sebagai awal tahun dalam Islam. Lambat laun orang Arab pun menggunakan tahun hijrah sebagai dasar penanggalan mereka.

Rasulullah ketika menulis surat kepada kaum Nashrani Bani Najran, beliau meminta Ali bin Abi Thalib untuk menulis penanggalan dalam surat sebagai tahun ke 5 sesudah hijrah. Tetapi banyak buku sejarah yang menyatakan bahwa Umar bin Khattablah, pada tahun 638 M, yaitu 6 tahun setelah wafatnya Rasulullah yang menetapkan kalender hijriah yang berdasarkan sistem lunar sebagai basic penanggalan Islam. Ada riwayat yang menyebutkan bahwa seorang utusan khalifah berkunjung ke Yaman, dan mengatakan bahwa orang Yaman menuliskan tanggal dalam surat-suratnya, maka khalifah memerintahkan pembuatan penanggalan. Riwayat yang lain mengatakan bahwa seorang penguasa protes terhadap surat yang dikirim khalifah karena tidak jelas mana surat yang ditulis duluan mana yang belakangan, sebab tidak ada tanggal.

Sejak awal penanggalan bangsa Arab telah menggunakan sistem lunar, demikian pula kalender Islam. Hal ini berkaitan dengan beberapa ketentuan dalam Al-Quran dan hadits Nabi SAW, misalnya : penetapan awal dan akhir ramadhan, ibadah haji, iedul Adha, dll. Hadits Nabi tentang puasa :
`Berpuasalah ketika engkau melihat bulan (awal bulan ramadhan) dan berbukalah (jangan berpuasa) ketika engkau melihat bulan (awal bulan syawal)`
Juga tentang awal bulan, QS 11:189 , `Mereka bertanya kepadamu tentang bulan baru. Katakanlah bahwa dia adalah tanda waktu-waktu tertentu`.

Lalu pada bulan muharram apa yang sebaiknya dilakukan umat Islam ?
Pencarian saya di internet membawa saya pada kesimpulan bahwa Rasulullah SAW dan para sahabat tidak mengucapkan `Selamat Tahun Baru hijriah` (dalam bahasa Arab). Tidak seperti halnya iedul fithri yang dianjurkan untuk mengucapkan :
Aid mubaarak, aid saidun, kullu aamin wa antum bi khair. Taqabbalallaahu minna wa minkum shiyaamana wa shiyaamakum.

Pada bulan Muharram, beliau justru memperbanyak ibadah, misalnya puasa Asyuro (pada tanggal 10 Muharram). Mengenai puasa ini terdapat silang pendapat apakah sunnah muakkad (ditekankan) atau ghairu muakkad (tidak ditekankan). Dalam salah satu hadits Bukhari Muslim disebutkan :
“Diriwayatkan dari Aisyah ra., bahwa orang-orang Quraisy biasa melakukan puasa Asyura’ pada masa jahiliyah. Kemudian Rasulullah memerintahkan untuk berpuasa hari Asyura’ sampai diwajibkannya puasa Ramadhan. Dan Rasul berkata, barang siapa ingin berpuasa Asyura’ silahkan berpuasa, jika tidak juga tak apa-apa”.

Hadits lain menyebutkan : Dari Ibn Umar dan Aisyah ra.: diriwayatkan dari Ibn ‘Amr ra. bahwa Nabi saw. telah berpuasa hari Asyura’ dan memerintahkannya (kepada umatnya) untuk berpuasa pada hari itu. Dan ketika datang Ramadhan maka lantas puasa Asyura’ beliau tinggalkan, Abdullah (Ibnu ‘Amr) juga tidak berpuasa”. (H.R. Bukhari).
Imam Hanifah menjadikan kedua dalil di atas untuk sampai pada kesimpulan bahwa puasa yang diwajiblan pertama kali bagi umat Islam adlaah puasa Asyura. Sedangkan Imam Syafii dan jumhur ulama yang lainnya berpendapat bahwa ramadhan lah puasa wajib pertama bagi umat Islam, berdasarkan dalil :
“Hari ini adalah hari Asyura’, dan Allah tidak mewajibkannya atas kalian. Siapa yang mau silahkan berpuasa, yang tidak juga boleh meninggalkannya.”

Wallahu a`lam bi shshawaab


Adapun kata muharram berasal dari kata `harrama` yang mengalami perubahan bentuk menjadi yuharrimu-tahriiman-muharraman-muharrimun`. Bentukan`muharraman` berarti yang diharamkan. Apa yang diharamkan ? Perang atau pertumpahan darah ! Sebagaimana disebutkan Allah dalam QS . At Taubah : 36
` Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah sebagaimana disebut di Kitabullah ada 12 bulan sejak Allah menciptakan langit dan bumi, dan terdapat 4 bulan di dalamnya merupakan bulan yang diharamkan`

Demikianlah, bulan muharram semestinya tidak dimaknai sebagai awal tahun baru saja, tapi perlu dipahami sebagai bulan yang penuh barokah sebagaimana bulan lainnya, bulan diharamkan melakukan peperangan, pertumpahan darah, bulan yang mengingatkan kita kepada perjalanan panjang hijrah Rasulullah SAW beserta 70 orang pengikutnya ke Medinah.

Wallahu `a`lam bishshawaab.

semangat tahun baru hijriyah 1431


Menggelorakan Semangat Hijrah
Oleh: Ah. Syahrul Rahmat xc/05 man lamongan

Menyambut tahun baru Hijriyyah 1431 kali ini, ragam penderitaan berupa bencana alam (gejala alam) maupun bencana kemanusiaan (kebebalan manusia) terus mendera negeri ini susul-menyusul tanpa henti.
Sepanjang tahun, penderitaan-penderitaan itu seolah menjadi daftar alarm alamiah yang mengawali masa depan kemanusiaan orang-orang Indonesia selama ini. Layaknya seorang bebal dan keras hati, bangsa ini memang selalu terlambat bangkit dan sadar diri sebelum akhirnya, semuanya tanpa terkecuali, kadung terperosok ke dalam jurang kebinasaan.
Bencana alam; mulai banjir hingga gempa, bencana politik; korupsi dan kolusi yang kian merajalela sehingga menderivasikan bencana ekonomi berkepanjangan. Bencana hukum; mengakibatkan setiap kita tidak percaya pada tatanan dan institusi hukum karena sering bersikap diskriminatif pada sebagian orang dan kebal pada sebagian lain sehingga kita lebih memilih main hakim sendiri. Bencana moral; pun tak kalah membahana.
Maka dari itu, kurang arif bijaksana rasanya apabila rangkaian peristiwa massal yang tragis itu, dianggap sebatas peristiwa kebetulan belaka yang hanya menjadi nostalgia pahit perjalanan bangsa ini di masa silam. Seiring tahun baru Hijriyyah, seyogianya semua itu menjadi momen refleksi-kolektif yang mampu menyemangati transisi peradaban bangsa yang kian carut-marut ini seiring perjalanan kehidupan demokrasi yang terseok-seok.
Sudah semestinya kita membaca tanda zaman ini sebagai isyarat kasih sayang Allah untuk sebuah bangsa bebal terutama dalam menemukan jati diri (kesadaran)nya. Kita tidak sepatutnya menjadikan awal penanggalan hijriyyah sebatas euforia peringatan seremonial belaka sementara substansi reflektif perjuangan hijrah itu sendiri luput dari agenda umat. Agar kita tidak kehilangan momentum, sudah saatnya kita merefleksi secara mendalam peristiwa besar kenabian ini terutama dalam kaitannya dengan masa depan hidup bangsa kita.
Momentum Hijrah
Hijrah Nabi Muhammad Saw dari Makkah ke Madinah (622 M), termasuk peristiwa sejarah mahapenting karena merupakan tonggak keberhasilan tegaknya sebuah transisi peradaban kemanusiaan dari kegelapan dan penuh ketidakadilan (min al-zhulumat) menuju cahaya kebenaran dan keadilan universal (ila al-nur). Hijrah saat itu tidak sekadar menjadi penanda penting perpindahan geografis (eksodus massal) dari satu tempat ke tempat lain. Lebih dari itu, menjadi metamorfosa pembebasan manusia Jahiliyyah dari pelbagai belenggu syirik ketuhanan dan perbudakan maupun eksploitasi antarmanusia (taharrur/liberation).
Sebelum Madinah berdiri tegak sebagai mercusuar peradaban Islam –dalam kurun waktu sepuluh tahun, perjuangan getir selama tiga belas tahun di Makkah sebetulnya menjadi modal utama. Berbagai penganiayaan, siksaan, dan perilaku diskriminatif dari kaum aristokrat despotik Quraisy yang menimpa Nabi beserta ummatnya, secara tidak sadar, justru menjadi proses penempaan mentalitas baja (akidah) kaum Nabi menuju kegemilangan yang kemudian diukir di Madinah.
Karena itu, penguatan akidah yang justru notabene lebih lama dari penguatan civil society di Madinah, mengisyaratkan dengan tegas akan halnya merubah mentalitas dan niat kolektif adalah kunci awal dan mendasar bagi sebuah kemajuan yang hendak dicapai.
Rasulullah adalah seorang pembaca tanda-tanda zaman paling jeli yang patut ditiru. Bersama-sama para sahabat, beliau tidak surut untuk terus menyampaikan kebenaran meski banyak alang-melintang merintangi perjalanan. Karena yakin akan janji Allah bahwa kebenaran akan senantiasa memenangi perhelatan dialektis perjalanan kemanusiaan di dunia ini, beliau terus meretas peradaban manusia yang egaliter.
Komunitas muhajir (kaum imigran pendatang) dengan mental baja itulah kemudian berhasil menjadikan penderitaan mereka selama tiga belas tahun di Makkah sebagai modal utama menuju cita-cita besar peradaban agung. Mereka, bahu-membahu bersama kaum pribumi Anshar (sang penolong), membangun peradaban keemasan Islam di Madinah yang gaungnya menggema ke seluruh pelosok daratan Eropa dan Rusia.
Tak luput, totaliterianisme dan despotisme dua negeri adi daya, Romawi di Barat dan Persia mewakili kejayaan Timur, tersinari kegelapannya dengan pancaran peradaban Islam. Bukti ini, tentu saja tidak bisa dilewatkan siapapun bahwa Islam pernah membuka peradaban kemanusiaan paling penting ke seluruh penjuru dunia.
Meneladani ‘Komunitas Nabi’
Sebagaimana disinggung di atas, secara psikologis, penderitaan bisa membawa pelakunya pada perilaku positif maupun negatif. Penderitaan menjadi penempaan positif apabila berikutnya mencipta gairah serta kekuatan untuk bangkit dan berbenah diri ke arah yang lebih baik. Pada saat yang sama, derita bisa malah negatif tatkala membuat pelakunya trauma, larut dalam kesedihan panjang, putus asa, frustasi, dan tidak jarang malah bunuh diri.
Kegemilangan Rasulullah Saw beserta umatnya ketika membangun masyarakat majemuk yang cukup modern (civil society) di Madinah, disebut sejarawan Barat Michael Hart (1986), sebenarnya justru berangkat dari deraan penderitaan yang menimpa Nabi beserta umat beliau berupa penganiayan, siksaan, perlakuan diskriminasi, maupun represifitas hegemonik dari kaum aristokratik Quraisy.
Letak kecerdasan seorang pengarah sosial, berikutnya mampu menciptakan tatanan peradaban besar justru melalui ibrah pengalaman getir masa lampau. Menjadikan semua itu sebagai alarm yang memekakkan telinga untuk bangkit dan sadar menuju kemajuan yang dicita-citakan.
Pendek kata, sebagai kritik dahsyat makrokosmos (alam semesta) untuk kejahilan sistem hidup di level mikrokosmos (manusia dan segala corak kehidupannya). Kita tahu, doktrin-normatif telah mendeklarasikan sejak lama bahwa manusia adalah penghuni sekaligus penanggungjawab tunggal atas pemakmuran bumi dan segala isinya di dunia ini; sebagai khalifah.
Membuka Lembaran Baru
Guna menuju lembaran baru dan noktah putih peradaban bangsa Indonesia, agaknya perlu introspeksi kolektif guna membangkitkan bangsa ini dari ragam keterpurukkan. Kita butuh kesadaran dan ketergugahan guna ‘memelototi’ secara jeli kekeliruan apa yang membuat bangsa kita salah poros dan terbelakang, sekaligus pada saat yang sama memikirkan agenda apa yang kemudian harus dilakukan agar bisa segera hengkang dari berbagai kemunduran itu.
Dalam bahasa sederhana, dari mana menuju ke mana. Pertanyaan ini mesti diajukan agar cita-cita yang hendak dicapai, jelas dan terarah. Sebab, untuk memperbarui peradaban, jelas terletak pada kemauan kolektif yang tulus dari individunya itu sendiri dalam merubah ketimpangan selama ini.
Melalui momentum hijrah, kita sebetulnya perlu menggelorakan perubahan radikal, mendasar, revolusioner, dan ‘gila-gilaan’. Betapa tidak, korupsi, kolusi, dan terorisme alih-alih diberantas malah kian subur sehingga terus menyisakan penderitaan paralel seluruh rakyat negeri ini. Logika keluhuran moralitas sayup-sayup terdengar parau, sementara nafsu durjana menjadi idola. Kebenaran dianggap tercela dan kebohongan disebut terpuji. Inilah dunia gila ketika kesadaran telah tenggelam sedemikian akut dan logika nilai menjadi serba terbalik.
Inilah kenapa Nabi SAW dulu sempat dijuluki ‘majnun’ (orang gila) oleh orang-orang yang sebenarnya gila hanya karena menawarkan perubahan besar yang utopis menurut logika masyarakat Jahiliyyah kala itu. Perlu dicatat, Jahiliyyah adalah karakter bagi fenomena butanya alam kesadaran, bukan menunjuk mundurnya keterbelakangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Sebab, betapa saat itu peradaban Romawi maupun Persia pun tidak kalah maju dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan.
Dengan gigih menawarkan perubahan masyarakat madani yang berbasis akidah dan moralitas Tauhid, Nabi terus mengkampanyekan pentingnya suksesi sosial yang gradual guna menuju peradaban besar. Untuk cita-cita besar jelas membutuhkan tekad kuat dan proses panjang, tidak bim salabim abra kadabra. Yang terpenting, dan itu tugas setiap kita, adalah kesungguhan dan keseriusan mengawal perjalanan panjang kemajuan peradaban negeri ini menuju gerbang kemakmuran yang didambakan seperti halnya manifesto peradaban Nabi sebagai seorang penuntun moral (moral force) dan pengawal perubahan (social agent) yang berikrar, “Semata-mata aku diutus ke dunia ini untuk menyempurnakan moralitas umat (manusia).”
Selamat tahun baru Hijriyah 1431. Semoga umat Islam dan bangsa ini selalu makmur, gemilang, dan berjaya dengan penuh naungan ridha dan maghfirah Allah SWT. Mari kita songsong bersama menegakkan baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, negeri berlimpah kemakmuran dengan penuh ampunan Allah. Amin…..!

keajaiban proses penciptaan manusia 2

"Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka." (Al Qur'an, 96:15-16)

Ungkapan "ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka" dalam ayat di atas sungguh menarik. Penelitian yang dilakukan di tahun-tahun belakangan mengungkapkan bahwa bagian prefrontal, yang bertugas mengatur fungsi-fungsi khusus otak, terletak pada bagian depan tulang tengkorak. Para ilmuwan hanya mampu menemukan fungsi bagian ini selama kurun waktu 60 tahun terakhir, sedangkan Al Qur'an telah menyebutkannya 1400 tahun lalu. Jika kita lihat bagian dalam tulang tengkorak, di bagian depan kepala, akan kita temukan daerah frontal cerebrum (otak besar). Buku berjudul Essentials of Anatomy and Physiology, yang berisi temuan-temuan terakhir hasil penelitian tentang fungsi bagian ini, menyatakan:

Dorongan dan hasrat untuk merencanakan dan memulai gerakan terjadi di bagian depan lobi frontal, dan bagian prefrontal. Ini adalah daerah korteks asosiasi…(Seeley, Rod R.; Trent D. Stephens; and Philip Tate, 1996, Essentials of Anatomy & Physiology, 2. edition, St. Louis, Mosby-Year Book Inc., s. 211; Noback, Charles R.; N. L. Strominger; and R. J. Demarest, 1991, The Human Nervous System, Introduction and Review, 4. edition, Philadelphia, Lea & Febiger , s. 410-411)

Berkaitan dengan keterlibatannya dalam membangkitkan dorongan, daerah prefrontal juga diyakini sebagai pusat fungsional bagi perilaku menyerang…(Seeley, Rod R.; Trent D. Stephens; and Philip Tate, 1996, Essentials of Anatomy & Physiology, 2. edition, St. Louis, Mosby-Year Book Inc., s. 211)

Jadi, daerah cerebrum ini juga bertugas merencanakan, memberi dorongan, dan memulai perilaku baik dan buruk, dan bertanggung jawab atas perkataan benar dan dusta.

Jelas bahwa ungkapan "ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka" benar-benar merujuk pada penjelasan di atas. Fakta yang hanya dapat diketahui para ilmuwan selama 60 tahun terakhir ini, telah dinyatakan Allah dalam Al Qur'an sejak dulu.

Terdapat banyak pokok persoalan yang disebutkan dalam Al-Qur'an yang mengundang manusia untuk beriman. Kadang-kadang langit, kadang-kadang hewan, dan kadang-kadang tanaman ditunjukkan sebagai bukti bagi manusia oleh Allah. Dalam banyak ayat, orang-orang diseru untuk mengalihkan perhatian mereka ke arah proses terciptanya mereka sendiri. Mereka sering diingatkan bagaimana manusia sampai ke bumi, tahap-tahap mana yang telah kita lalui, dan apa bahan dasarnya:

"Kami telah menciptakan kamu; maka mengapa kamu tidak membenarkan? Adakah kamu perhatikan (benih manusia) yang kamu pancarkan? Kamukah yang menciptakannya? Ataukah Kami yang menciptakannya?" (Al Qur'an, 56:57-59)

Penciptaan manusia dan aspek-aspeknya yang luar biasa itu ditegaskan dalam banyak ayat. Beberapa informasi di dalam ayat-ayat ini sedemikian rinci sehingga mustahil bagi orang yang hidup di abad ke-7 untuk mengetahuinya. Beberapa di antaranya sebagai berikut:

1. Manusia tidak diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari sebagian kecilnya
(spermazoa).

2. Sel kelamin laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi.

3. Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah.

4. Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.

Orang-orang yang hidup pada zaman kala Al Qur'an diturunkan, pasti mengetahui bahwa bahan dasar kelahiran berhubungan dengan mani laki-laki yang terpancar selama persetubuhan seksual. Fakta bahwa bayi lahir sesudah jangka waktu sembilan bulan tentu saja merupakan peristiwa yang gamblang dan tidak memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Akan tetapi, sedikit informasi yang dikutip di atas itu berada jauh di luar pengertian orang-orang yang hidup pada masa itu. Ini baru disahihkan oleh ilmu pengetahuan abad ke-20.

Selama persetubuhan seksual, 250 juta sperma terpancar dari si laki-laki pada satu waktu. Sperma-sperma melakukan perjalanan 5-menit yang sulit di tubuh si ibu sampai menuju sel telur. Hanya seribu dari 250 juta sperma yang berhasil mencapai sel telur. Sel telur, yang berukuran setengah dari sebutir garam, hanya akan membolehkan masuk satu sperma. Artinya, bahan manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil darinya. Ini dijelaskan dalam Al-Qur'an :

"Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik mani yang dipancarkan?" (Al Qur'an, 75:36-37)

Seperti yang telah kita amati, Al-Qur'an memberi tahu kita bahwa manusia tidak terbuat dari mani selengkapnya, tetapi hanya bagian kecil darinya. Bahwa tekanan khusus dalam pernyataan ini mengumumkan suatu fakta yang baru ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern itu merupakan bukti bahwa pernyataan tersebut berasal dari Ilahi.

Pada gambar di samping, kita saksikan air mani yang dipancarkan ke rahim. Dari keseluruhan sperma berjumlah sekitar 250 juta yang dipancarkan dari tubuh pria, hanya sedikit sekali yang berhasil mencapai sel telur. Sperma yang akan membuahi sel telur hanyalah satu dari seribu sperma yang mampu bertahan hidup. Fakta bahwa manusia tidak diciptakan dengan menggunakan keseluruhan air mani, tapi hanya sebagian kecil darinya, dinyatakan dalam Al Qur'an dengan ungkapan, "setetes mani yang ditumpahkan".

Hingga baru-baru ini, diyakini bahwa jenis kelamin bayi ditentukan oleh sel-sel ibu. Atau setidaknya, dipercaya bahwa jenis kelamin ini ditentukan secara bersama oleh sel-sel lelaki dan perempuan. Namun kita diberitahu informasi yang berbeda dalam Al Qur'an, yang menyatakan bahwa jenis kelamin laki-laki atau perempuan diciptakan "dari air mani apabila dipancarkan".

Kromosom Y membawa sifat-sifat kelelakian, sedangkan kromosom X berisi sifat-sifat kewanitaan. Di dalam sel telur ibu hanya dijumpai kromosom X, yang menentukan sifat-sifat kewanitaan. Di dalam air mani ayah, terdapat sperma-sperma yang berisi kromosom X atau kromosom Y saja. Jadi, jenis kelamin bayi bergantung pada jenis kromosom kelamin pada sperma yang membuahi sel telur, apakah X atau Y. Dengan kata lain, sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut, penentu jenis kelamin bayi adalah air mani, yang berasal dari ayah. Pengetahuan tentang hal ini, yang tak mungkin dapat diketahui di masa Al Qur'an diturunkan, adalah bukti akan kenyataan bahwa Al Qur'an adalah kalam Allah.

"Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita, dari air mani, apabila dipancarkan." (Al Qur'an, 53:45-46)

Cabang-cabang ilmu pengetahuan yang berkembang seperti genetika dan biologi molekuler telah membenarkan secara ilmiah ketepatan informasi yang diberikan Al Qur'an ini. Kini diketahui bahwa jenis kelamin ditentukan oleh sel-sel sperma dari tubuh pria, dan bahwa wanita tidak berperan dalam proses penentuan jenis kelamin ini.

Kromosom adalah unsur utama dalam penentuan jenis kelamin. Dua dari 46 kromosom yang menentukan bentuk seorang manusia diketahui sebagai kromosom kelamin. Dua kromosom ini disebut "XY" pada pria, dan "XX" pada wanita. Penamaan ini didasarkan pada bentuk kromosom tersebut yang menyerupai bentuk huruf-huruf ini. Kromosom Y membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kelelakian, sedangkan kromosom X membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kewanitaan.

Pembentukan seorang manusia baru berawal dari penggabungan silang salah satu dari kromosom ini, yang pada pria dan wanita ada dalam keadaan berpasangan. Pada wanita, kedua bagian sel kelamin, yang membelah menjadi dua selama peristiwa ovulasi, membawa kromosom X. Sebaliknya, sel kelamin seorang pria menghasilkan dua sel sperma yang berbeda, satu berisi kromosom X, dan yang lainnya berisi kromosom Y. Jika satu sel telur berkromosom X dari wanita ini bergabung dengan sperma yang membawa kromosom Y, maka bayi yang akan lahir berjenis kelamin pria.

Dengan kata lain, jenis kelamin bayi ditentukan oleh jenis kromosom mana dari pria yang bergabung dengan sel telur wanita.

Tak satu pun informasi ini dapat diketahui hingga ditemukannya ilmu genetika pada abad ke-20. Bahkan di banyak masyarakat, diyakini bahwa jenis kelamin bayi ditentukan oleh pihak wanita. Inilah mengapa kaum wanita dipersalahkan ketika mereka melahirkan bayi perempuan.

Namun, tiga belas abad sebelum penemuan gen manusia, Al Qur'an telah mengungkapkan informasi yang menghapuskan keyakinan takhayul ini, dan menyatakan bahwa wanita bukanlah penentu jenis kelamin bayi, akan tetapi air mani dari pria.

Cairan yang disebut mani tidak mengandung sperma saja. Cairan ini justru tersusun dari campuran berbagai cairan yang berlainan. Cairan-cairan ini mempunyai fungsi-fungsi semisal mengandung gula yang diperlukan untuk menyediakan energi bagi sperma, menetralkan asam di pintu masuk rahim, dan melicinkan lingkungan agar memudahkan pergerakan sperma.

Yang cukup menarik, ketika mani disinggung di Al-Qur'an, fakta ini, yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern, juga menunjukkan bahwa mani itu ditetapkan sebagai cairan campuran:

"Sungguh, Kami ciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur, lalu Kami beri dia (anugerah) pendengaran dan penglihatan." (Al Qur'an, 76:2)

Di ayat lain, mani lagi-lagi disebut sebagai campuran dan ditekankan bahwa manusia diciptakan dari "bahan campuran" ini:

"Dialah Yang menciptakan segalanya dengan sebaik-baiknya, Dia mulai menciptakan manusia dari tanah liat. Kemudian Ia menjadikan keturunannya dari sari air yang hina." (Al Qur'an, 32:7-8)

Kata Arab "sulala", yang diterjemahkan sebagai "sari", berarti bagian yang mendasar atau terbaik dari sesuatu. Dengan kata lain, ini berarti "bagian dari suatu kesatuan". Ini menunjukkan bahwa Al Qur'an merupakan firman dari Yang Berkehendak Yang mengetahui penciptaan manusia hingga serinci-rincinya. Yang Berkehendak ini ialah Pencipta manusia.

Pada tahap awal perkembangannya, bayi dalam rahim ibu berbentuk zigot, yang menempel pada rahim agar dapat menghisap sari-sari makanan dari darah ibu. Gambar di atas adalah zigot yang terlihat seperti sekerat daging. Informasi ini, yang ditemukan oleh embriologi modern, secara ajaib telah dinyatakan dalam Al Qur'an 14 abad yang lalu dengan menggunakan kata "'alaq", yang bermakna "sesuatu yang menempel pada suatu tempat" dan digunakan untuk menjelaskan lintah yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah.

Jika kita terus mempelajari fakta-fakta yang diberitakan dalam Al Qur'an mengenai pembentukan manusia, sekali lagi kita akan menjumpai keajaiban ilmiah yang sungguh penting.

Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, intisari bayi yang akan lahir terbentuk. Sel tunggal yang dikenal sebagai "zigot" dalam ilmu biologi ini akan segera berkembang biak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi "segumpal daging". Tentu saja hal ini hanya dapat dilihat oleh manusia dengan bantuan mikroskop.

Namun, zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat pada dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan carangnya. Melalui hubungan semacam ini, zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya. (Moore, Keith L., E. Marshall Johnson, T. V. N. Persaud, Gerald C. Goeringer, Abdul-Majeed A. Zindani, and Mustafa A. Ahmed, 1992, Human Development as Described in the Qur'an and Sunnah, Makkah, Commission on Scientific Signs of the Qur'an and Sunnah, s. 36)

Di sini, pada bagian ini, satu keajaiban penting dari Al Qur'an terungkap. Saat merujuk pada zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu, Allah menggunakan kata "'alaq" dalam Al Qur'an:

"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari 'alaq (segumpal darah). Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah." (Al Qur'an, 96:1-3)

Arti kata "'alaq" dalam bahasa Arab adalah "sesuatu yang menempel pada suatu tempat". Kata ini secara harfiah digunakan untuk menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah.

Tentunya bukanlah suatu kebetulan bahwa sebuah kata yang demikian tepat digunakan untuk zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu. Hal ini sekali lagi membuktikan bahwa Al Qur'an merupakan wahyu dari Allah, Tuhan Semesta Alam.


Tahapan-tahapan perkembangan bayi dalam rahim ibu dipaparkan dalam Al Qur'an. Sebagaiman diuraikan dalam ayat ke-14 surat Al Mu'minuun, jaringan tulang rawan pada embrio di dalam rahim ibu mulanya mengeras dan menjadi tulang keras. Lalu tulang-tulang ini dibungkus oleh sel-sel otot. Allah menjelaskan perkembangan ini dalam ayat: "…dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging".

Sisi penting lain tentang informasi yang disebutkan dalam ayat-ayat Al Qur'an adalah tahap-tahap pembentukan manusia dalam rahim ibu. Disebutkan dalam ayat tersebut bahwa dalam rahim ibu, mulanya tulang-tulang terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah otot yang membungkus tulang-tulang ini.

"Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik" (Al Qur'an, 23:14)

Embriologi adalah cabang ilmu yang mempelajari perkembangan embrio dalam rahim ibu. Hingga akhir-akhir ini, para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio terbentuk secara bersamaan. Karenanya, sejak lama banyak orang yang menyatakan bahwa ayat ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Namun, penelitian canggih dengan mikroskop yang dilakukan dengan menggunakan perkembangan teknologi baru telah mengungkap bahwa pernyataan Al Qur'an adalah benar kata demi katanya.

Penelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa perkembangan dalam rahim ibu terjadi dengan cara persis seperti yang digambarkan dalam ayat tersebut. Pertama, jaringan tulang rawan embrio mulai mengeras. Kemudian sel-sel otot yang terpilih dari jaringan di sekitar tulang-tulang bergabung dan membungkus tulang-tulang ini.

Peristiwa ini digambarkan dalam sebuah terbitan ilmiah dengan kalimat berikut:

Dalam minggu ketujuh, rangka mulai tersebar ke seluruh tubuh dan tulang-tulang mencapai bentuknya yang kita kenal. Pada akhir minggu ketujuh dan selama minggu kedelapan, otot-otot menempati posisinya di sekeliling bentukan tulang. (Moore, Developing Human, 6. edition,1998.)

Singkatnya, tahap-tahap pembentukan manusia sebagaimana digambarkan dalam Al Qur'an, benar-benar sesuai dengan penemuan embriologi modern.


Dalam ayat ke-6 surat Az Zumar, disebutkan bahwa manusia diciptakan dalam rahim ibu dalam tiga kegelapan. Embriologi modern telah mengungkap bahwa perkembangan ebriologi bayi terjadi pada tiga daerah yang berbeda dalam rahim ibu.

Dalam Al Qur'an dipaparkan bahwa manusia diciptakan melalui tiga tahapan dalam rahim ibunya.

"... Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?" (Al Qur'an, 39:6)

Sebagaimana yang akan dipahami, dalam ayat ini ditunjukkan bahwa seorang manusia diciptakan dalam tubuh ibunya dalam tiga tahapan yang berbeda. Sungguh, biologi modern telah mengungkap bahwa pembentukan embrio pada bayi terjadi dalam tiga tempat yang berbeda dalam rahim ibu. Sekarang, di semua buku pelajaran embriologi yang dipakai di berbagai fakultas kedokteran, hal ini dijadikan sebagai pengetahuan dasar. Misalnya, dalam buku Basic Human Embryology, sebuah buku referensi utama dalam bidang embriologi, fakta ini diuraikan sebagai berikut:

"Kehidupan dalam rahim memiliki tiga tahapan: pre-embrionik; dua setengah minggu pertama, embrionik; sampai akhir minggu ke delapan, dan janin; dari minggu ke delapan sampai kelahiran." (Williams P., Basic Human Embryology, 3. edition, 1984, s. 64.)

Fase-fase ini mengacu pada tahap-tahap yang berbeda dari perkembangan seorang bayi. Ringkasnya, ciri-ciri tahap perkembangan bayi dalam rahim adalah sebagaimana berikut:

- Tahap Pre-embrionik

Pada tahap pertama, zigot tumbuh membesar melalui pembelahan sel, dan terbentuklah segumpalan sel yang kemudian membenamkan diri pada dinding rahim. Seiring pertumbuhan zigot yang semakin membesar, sel-sel penyusunnya pun mengatur diri mereka sendiri guna membentuk tiga lapisan.

- Tahap Embrionik

Tahap kedua ini berlangsung selama lima setengah minggu. Pada masa ini bayi disebut sebagai "embrio". Pada tahap ini, organ dan sistem tubuh bayi mulai terbentuk dari lapisan- lapisan sel tersebut.

- Tahap fetus

Dimulai dari tahap ini dan seterusnya, bayi disebut sebagai "fetus". Tahap ini dimulai sejak kehamilan bulan kedelapan dan berakhir hingga masa kelahiran. Ciri khusus tahapan ini adalah terlihatnya fetus menyerupai manusia, dengan wajah, kedua tangan dan kakinya. Meskipun pada awalnya memiliki panjang 3 cm, kesemua organnya telah nampak. Tahap ini berlangsung selama kurang lebih 30 minggu, dan perkembangan berlanjut hingga minggu kelahiran.

Informasi mengenai perkembangan yang terjadi dalam rahim ibu, baru didapatkan setelah serangkaian pengamatan dengan menggunakan peralatan modern. Namun sebagaimana sejumlah fakta ilmiah lainnya, informasi-informasi ini disampaikan dalam ayat-ayat Al Qur'an dengan cara yang ajaib. Fakta bahwa informasi yang sedemikian rinci dan akurat diberikan dalam Al Qur'an pada saat orang memiliki sedikit sekali informasi di bidang kedokteran, merupakan bukti nyata bahwa Al Qur'an bukanlah ucapan manusia tetapi Firman Allah.

Air susu ibu adalah suatu campuran ciptaan Allah yang luar biasa dan tak tertandingi sebagai sumber makanan terbaik bagi bayi yang baru lahir, dan sebagai zat yang meningkatkan kekebalan tubuhnya terhadap penyakit. Bahkan makanan bayi yang dibuat dengan teknologi masa kini tak mampu menggantikan sumber makanan yang menakjubkan ini.

Setiap hari ditemukan satu manfaat baru air susu ibu bagi bayi. Salah satu fakta yang ditemukan ilmu pengetahuan tentang air susu ibu adalah bahwa menyusui bayi selama dua tahun setelah kelahiran sungguh amat bermanfaat. (Rex D. Russell, Design in Infant Nutrition, http:// www. icr.org/pubs/imp-259.htm)

Allah memberitahu kita informasi penting ini sekitar 14 abad yang lalu, yang hanya diketahui melalui ilmu pengetahuan baru-baru ini, dalam ayat-Nya "…menyapihnya dalam dua tahun…".

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu." (Al Qur'an, 31:14)


Setiap orang, termasuk mereka yang terlahir kembar identik, memiliki pola sidik jari yang khas untuk diri mereka masing-masing, dan berbeda satu sama lain. Dengan kata lain, tanda pengenal manusia tertera pada ujung jari mereka. Sistem pengkodean ini dapat disamakan dengan sistem kode garis (barcode) sebagaimana yang digunakan saat ini.

Saat dikatakan dalam Al Qur'an bahwa adalah mudah bagi Allah untuk menghidupkan manusia setelah kematiannya, pernyataan tentang sidik jari manusia secara khusus ditekankan:

"Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya? Ya, bahkan Kami mampu menyusun (kembali) ujung jari-jarinya dengan sempurna." (Al Qur'an, 75:3-4)

Penekanan pada sidik jari memiliki makna sangat khusus. Ini dikarenakan sidik jari setiap orang adalah khas bagi dirinya sendiri. Setiap orang yang hidup atau pernah hidup di dunia ini memiliki serangkaian sidik jari yang unik dan berbeda dari orang lain.

Itulah mengapa sidik jari dipakai sebagai kartu identitas yang sangat penting bagi pemiliknya dan digunakan untuk tujuan ini di seluruh penjuru dunia.

Akan tetapi, yang penting adalah bahwa keunikan sidik jari ini baru ditemukan di akhir abad ke-19. Sebelumnya, orang menghargai sidik jari sebagai lengkungan-lengkungan biasa tanpa makna khusus. Namun dalam Al Qur'an, Allah merujuk kepada sidik jari, yang sedikitpun tak menarik perhatian orang waktu itu, dan mengarahkan perhatian kita pada arti penting sidik jari, yang baru mampu dipahami di zaman sekarang.

cara membuat blog


1. Cara Membuat Blog
•Seperti halnya e-mail, dalam membuat blog pun kita harus mempunyai sebuah account terlebih dahulu, oleh karena itu silahkan daftarkan diri anda terlebih dahulu di free blog provider (penyedia hosting/domain blog gratis).
http://www.blogger.com
http://www.wordpress.com
http://blogsome.com.

2. Cara Mendaftar di: http://www.blogger.com


1.Klik tanda anak panah yang bertuliskan " CIPTAKAN BLOG ANDA"
2.Isilah Alamat Email dengan alamat email anda (tentunya yang valid)
3.Isikan kembali alamat email anda tadi pada form Ketik ulang Alamat email
4.Tuliskan password yang anda inginkan pada form Masukkan sebuah password
5.Isikan kembali password anda tadi pada form Ketik ulang sandi (password)
6.Isi Nama Tampilan dengan nama yang ingin anda tampilkan
7.Tulis tulisan yang tertera pada form Verifikasi Kata. Beri tanda tik/cek pada kotak di pinggir tulisan Saya menerima Persyaratan dan Layanan.
8.Klik gambar anak panah yang bertuliskan "LANJUTKAN"

9.Tuliskan judul blog yang anda inginkan (nanti bisa di rubah lagi) pada form Judul Blog
10.Tulis nama situs anda pada form Alamat Blog (URL)
11.Tulislah tulisan verifikasi yang ditampilkan pada form Verifikasi kata, jika sudah selesai klik gambar panah yang bertuliskan "LANJUTKAN".
12.Pilihlah gambar (template) yang anda inginkan (nanti bisa di rubah lagi), kemudian klik gambar anak panah yang bertuliskan "LANJUTKAN“
13.Setelah keluar tulisan "Blog Anda telah di iptakan". Klik gambar panah bertuliskan "MULAI POSTING". Silahkan anda tuliskan semau anda, jika sudah selesai klik tombol "MEMPUBLISKAN POSTING".

proses kejadian manusia di al-quran

Proses terjadinya manusia secara ilmiah bersumber dari Al-Qur’an

Sungguh Luar biasanya Al-Qur’an dalam penerapannya di kehidupan manusia, yang secara gamblang terdapat semua macam ilmu dunia dan akhirat.Disini saya posting artikel yang sedikit memberikan wawasan kepada netter
Di kitab Al Qur’an ada menyebutkan bahwa asal kejadian manusia terdiri dari 7 (tujuh) macam kejadian. Agar diketahui inilah susunan ayat tentang proses kejadian manusia:
1. Di surat Ar Rahman ayat 14: “Dia (Allah) menjadikan manusia seperti tembikar, (tanah yang dibakar)”. Yang dimaksudkan dengan kata “Shal-shal” di ayat ini ialah : Tanah kering atau setengah kering yakni “Zat pembakar” atau Oksigen.
2. Di ayat itu disebutkan juga kata “Fakhkhar”, yang maksudnya ialah “Zat Arang” atau Carbonium.
3. Di surat Al Hijr, ayat 28: “dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat; sesungguhnya Aku (Allah) hendak menciptakan seorang manusia (Adam) dari tanah kering dan lumpur hitam yang berbentuk (berupa)” . Di ayat ini. Tersebut juga “shal-shal”, telah saya terangkan, sedangkan kata “Hamaa-in” di ayat tersebut ialah “Zat Lemas” atau Nitrogenium.
4. Di surat As Sajadah ayat 7: “Dan (Allah) membuat manusia berasal dari pada “tanah”". Yang dimaksud dengan kata “thien” (tanah) di ayat ini ialah “Atom zat air” atau Hidrogenium.
5. Di Surat Ash Shaffaat ayat 11: “Sesungguhnya Aku (Allah) menjadikan manusia dari pada Tanah Liat”. Yang dimaksud dengan kata “lazib” (tanah liat) di ayat ini ialah “Zat besi” atau ferrum.
6. Di Surat Ali Imran ayat 59: ” Dia (Allah) menjadikan Adam daripada tanah kemudian Allah berfirman kepadanya “jadilah engkau, lalu berbentuk manusia”. Yang dimaksud dengan kata “turab” (tanah) di ayat ini ialah: “Unsur-unsur zat asli yang terdapat di dalam tanah” yang dinamai “zat-zat anorganis”.
7. Di surat Al Hijr ayat 28: “Maka setelah Aku (Allah) sempurnakan (bentuknya), lalu Kutiupkan ruh-Ku kepadanya (Ruh daripada-Ku)”
Ketujuh ayat Al Qur’an diatas Allah S.W.T telah menunjukkan tentang proses kejadiannya Nabi Adam sehingga berbentuk manusia, lalu ditiupkan ruh kepadanya sehingga manusia bernyawa (bertubuh jasmani dan rohani).
Sebagaimana disebutkan pada ayat yang keenam tentang kata “turab” (tanah) ialah zat-zat asli yang terdapat didalam tanah yang dinamai zat anorganis. Zat Anorganis ini baru terjadi setelah melalui proses persenyawaan antara “Fakhkhar” yakni Carbonium (zat arang) dengan “shal-shal” yakni Oksigenium (zat pembakar) dan “hamaa-in” yaitu Nitrogenium (zat lemas) dan Thien yakni Hidrogenium (Zat air).
Jelasnya adalah persenyawaan antara:
Fachchar (Carbonium = zat arang) dalam surat Ar Rahman ayat 14.
Shalshal (Oksigenium = zat pembakar) juga dalam surat Ar Rahman ayat 14.
Hamaa-in (Nitrogenium = zat lemas) dalam surat Al Hijr ayat 28
Thien (Hidrogenium = Zat Air) dalam surat As Sajadah, ayat 7.
Kemudian bersenyawa dengan zat besi (Ferrum), Yodium, Kalium, Silcum dan mangaan, yang disebut “laazib” (zat-zat anorganis) dalam surat As Shafaat ayat 11. Dalam proses persenyawaan tersebut, lalu terbentuklah zat yang dinamai protein. Inilah yang disebut “Turab” (zat-zat anorganis) dalam surat Ali Imran ayat 59. Salah satu diantara zat-zat anorganis yang terpandang penting ialah “Zat Kalium”, yang banyak terdapat dalam jaringan tubuh, teristimewa di dalam otot-otot. Zat Kalium ini dipandang terpenting oleh karena mempunyai aktivitas dalam proses hayati, yakni dalam pembentukan badan halus. Dengan berlangsungnya “Proteinisasi”, menjelmakan “proses penggantian” yang disebut “Substitusi”. Setelah selesai mengalami substitusi, lalu menggempurlah electron-electron cosmic yang mewujudkan sebab pembentukan (Formasi), dinamai juga “sebab ujud” atau Causa Formatis.
Adapun Sinar Cosmic itu ialah suatu sinar mempunyai kemampuan untuk merubah sifat-sifat zat yang berasal dari tanah. Maka dengan mudah sinar cosmic dapat mewujudkan pembentukan tubuh manusia (Adam) berupa badan kasar (jasmaniah), yang terdiri dari badan, kepala, tangan, mata, hidung telinga dan seterusnya. Sampai disinilah ilmu pengetahuan exact dapat menganalisa tentang pembentukan tubuh kasar (jasmaniah, jasmani manusia/Adam). Sedangkan tentang rohani (abstract wetenschap) tentu dibutuhkan ilmu pengetahuan yang serba rohaniah pula, yang sangat erat hubungannya dengan ilmu Metafisika.